Translate

Minggu, 08 November 2015

BEAUTY OF SIDEMBUNUT VILLAGE

BEAUTY OF SIDEMBUNUT VILLAGE

          Desa Pakraman (Adat) Sidembunut terletak di Kelurahan Cempaga, Kabupaten Bangli, Bali. Hanya empat kilometer dari kantor Bupati Bangli. Sidembunut adalah desa tua, seperti yang tercantum di prasasti yang berasal dari 1204 M dengan nama Simpat Bunut, salah satu desa pengampu Pura Kahen. Pura Kahen sendiri adalah Pura Khayangan Jagat yang unik secara arsitektur. Pintu masuk pura ini dibuat dalam bentuk candi kurung dan bukan serupa candi bentar seperti pura-pura lain. Terdapat pohon beringin besar di halamannya, yang juga dipercaya warga setempat sebagai pohon keramat. Konon apabila dahannya patah akan terjadi musibah di Bali.
          Sejak zaman kolonial Belanda, Sidembunut sudah berada di wilayah administratif Cempaga. Menurut orang tua, Sidembunut adalah sentra pengukir sejak zaman kerajaan. Jejaknya masih terasa sampai sekarang dengan adanya beragam keahlian ukir yang  ada di Sidembunut. Dari pengukir kayu, besi, batu, tulang, gading, hingga cangkang telur ada di desa ini. Konon, sebelum Gianyar dan Tampaksiring terkenal dengan kerajinan ukir, Sidembunut sudah lebih dulu tersohor. Karya-karya ukir seniman Sidembunut dikoleksi Presiden Soekarno dan Soeharto serta disimpan di istana. Banyak juga yang menjadi incaran para kolektor seni. Tapi, itu dulu.

          Ketika zaman berganti, Sidembunut tenggelam dalam kemajuan wilayah selatan Bali. Seniman Sidembunut tak lagi menghasilkan karya seni. Seniman Sidembunut berubah mode produksi. Dulu menghasilkan karya, belakangan hingga kini menjadi buruh ukir dan menerima pesanan orang luar. Kualitas karya pengukir Sidembunut tetap luar biasa. Tapi, sekarang diklaim pihak lain, dijual dengan merk yang lebih menarik. Karya mereka ditampilkan setiap tahun di Pekan Kesenian Bali, tapi menggunakan nama/ label orang lain. Mereka cukup dapat upah ukir. Bukan cuma ukir yang diklaim orang lain, tapi juga karya-karya seni lainnya, seperti anyam-anyaman dan payung adat.

            Kesenian surut di Sidembunut. Anak muda tak lagi gemar mengukir atau melakoni kesenian lainnya. Karya-karya mereka dihargai murah, tak jarang mereka tidak dibayar. Padahal, hasilnya dipasarkan dengan harga mahal. Tujuh tahun terakhir, sekelompok anak muda gelisah dengan situasi yang ada. Mereka mendirikan sanggar bernama Hasta Gina. Mulanya, ditolak. Warga menganggap mereka tak punya kerjaan, sibuk berlatih kesenian di sanggar. Tapi, mereka ngotot dan yakin, jiwa Sidembunut adalah seni.
          Para pengelola Sanggar Hasta Gina terus berupaya, membuka kelas kesenian untuk anak-anak Sidembunut dengan alat dan tempat seadanya. Kegigihan mereka mengundang perhatian para pemuka desa dan Pemangku Sidembunut membantu mereka, menghibahkan tanah untuk tempat berlatih. Desa juga membelikan peralatan musik untuk sanggar, agar anak-anak dapat berlatih dengan baik. Musik dan tari jadi menu latihan utama. Bersama Sanggar Hasta Gina, kami di Bali Lite Institute sepakat berkolaborasi guna memunculkan potensi seni yang dimiliki Sidembunut ke permukaan dalam sebuah festival desa. Kami bersyukur karena mendapatkan dukungan dari Yayasan Kelola dalam Proyek Komunitas Kreatif dalam konteks sosialisasi UU Desa. Sanggar dan warga berembug dan sepakat bahwa acara ini tidak lagi menjadi milik sanggar, melainkan jadi milik Desa Pakraman Sidembut. Jadi hajatan desa! Bupati Bangli juga mendengar berita tentang festival ini dan bersedia mendukung. Bahkan, akan membuka acara.


         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar